I made this widget at MyFlashFetish.com.

Sabtu, 14 Mei 2011

Kesemek Buah Genit Yg Disiasiakan


Pemerian

Pohon kesemek berukuran kecil sampai sedang, 15 m atau kurang, dioesis (dioecious, berumah dua) dan kadang-kadang monoesis, berbatang pendek dan bengkok-bengkok, banyak cabang, serta menggugurkan daun.
Daun dalam dua deret, tersusun berseling, bertangkai pendek lk. 3 cm, bundar, bundar telur sampai jorong, 2,5-15 × 5-25 cm, hijau kuning berkilap.
Bunga jantan dalam malai pendek berisi 3-5 kuntum, bunga betina soliter, di ketiak daun, berbilangan 4. Buah buni berbentuk gepeng membulat dan bersegi empat, hijau kekuning-kuningan sampai merah, dengan daun kelopak yang tidak rontok.kesemek sekarang sudah sulit dijumpai atau hampir punah

Hasil dan kegunaan

Kesemek yang matang berwarna antara jingga kekuningan sampai kemerahan dan berdiameter antara 2-8 cm. Buah ini dapat dimakan langsung dalam keadaan segar setelah diolesi dengan air kapur dan diperam, agar rasa sepatnya hilang. Buah juga dapat dikeringkan atau diolah menjadi selai, agar-agar, es krim dan lain-lain. Buah kesemek segar mengandung 19,6% karbohidrat, terutama fruktosa dan glukosa, 0,7% protein, vitamin A dan kalium.
Buah kesemek yang muda mengandung zat tanin yang dinamai tanin-kaki, yang menimbulkan rasa sepat pada buah. Zat ini akan berkurang bersama dengan masaknya buah. Tanin-kaki dimanfaatkan untuk mengawetkan berbagai kerajinan tangan, membantu produksi arak-beras di Jepang, serta bahan pengobatan penyakit hipertensi.

 Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Ericales
Famili: Ebenaceae
Genus: Diospyros
Spesies: D. kaki  

Asal-usul dan penyebaran

Kesemek berasal dari Republik Rakyat Cina, yang kemudian menyebar ke Jepang pada zaman purba dan dikembang biakkan di sana. Belakangan buah ini menyebar ke bagian lain Asia, dan pada masa kolonial di tahun 1800an dibawa ke Eropa selatan dan Amerika (Kalifornia).
Buah ini cukup penting dalam tradisi Tiongkok dan Jepang, sehingga nilai komersialnya tinggi di sana. Kini komersialisasi produksi kesemek telah merembet dan meluas ke Selandia Baru, Australia dan Israel. Ekspor dari Israel inilah yang dinamai sebagai Sharon fruit.
Di Indonesia, Malaysia dan Thailand, produksi kesemek umumnya hanya cukup untuk konsumsi lokal. Sumatera Utara, khususnya wilayah Brastagi, di waktu lalu pernah secara tetap mengirimkan kesemek untuk Singapura; namun kini terhenti karena kualitasnya terdesak oleh kesemek produk negara-negara lain. Tempat-tempat lain di Indonesia yang menghasilkan kesemek di antaranya adalah Jawa Barat dan Jawa Timur, di mana buah ini ditanam pada daerah-daerah tinggi di pegunungan.
Tanaman kesemek berupa pohon berkayu keras. Tinggi tanaman mencapai 15 m. Percabangan tanaman mulai dari batang paling bawah. Daun tanaman lebar berbentuk bulat telur dan menggelombang. Panjang daun 25 cm. dengan lebar 15 cm. Warna daun hijau gelap. Daun tumbuh rapat hingga tajuk kesemek tampak cukup rimbun. Bunga berwarna putih, kuning keputihan atau kehijauan. Bunga tumbuh pada tiap ketiak daun di ujung ranting. Dalam satu ranting bisa tumbuh antara 4 sd. 8 bunga. Kesemek berbunga sempurna, dalam satu bunga ada putik dan benang sari. Dari sejak mekar bunga sd. buah masak diperlukan waktu sekitar 5 bulan. Habitat kesemek adalah tanah vulkanis yang subur, dengan curah hujan tinggi. Kesemek merupakan buah sub tropis dari Cina timur laut, Korea dan Jepang. Di Indonesia, kesemek menghendaki lahan dataran tinggi di atas 1.000 m. dpl. Di Jawa, tanaman kesemek bisa dijumpai mulai dari kawasan kabupaten Pasuruan, Mojokerto, Malang dan kota Batu (Jawa Timur), di kabupaten Semarang, Magelang, Boyolali dan Wonosobo (Jateng) dan di kabupaten Garut, Bandung, Cianjur dan Sukabumi (Jawa Barat).
Dalam sebuah pameran hortikultura di Jakarta, Duta Besar Inggris pernah mengatakan bahwa kesemek merupakan buah yang sangat mahal di negerinya. Sebab beda dengan apel, pir dan anggur, kesemek hanya dibudidayakan secara terbatas di Jepang, Korea dan RRC. Di Jepang, Korea dan RRC sendiri, harga kesemek sudah cukup tinggi, yakni sekitar 1,5 US $, sementara apel dan pir selalu di bawah 1 US $ per kg. Di luar Jepang dan RRC harga kesemek bisa mencapai 4 sd. 5 US $ per kg. Ukuran kesemek Jepang 3 sampai 2 buah per kg. (0,3 sd. 0,5 kg. per buah). Besarnya ukuran kesemek Jepang ini disebabkan oleh faktor genetik dan budidaya yang intensif. Selain dengan pemupukan dan pengairan, juga dilakukan penjarangan buah. Dalam satu ranting hanya dibiarkan paling banyak tiga buah. Sementara di Jawa, kesemek hanya tumbuh liar di ladang-ladang sayuran, tanpa pemupukan dan parawatan lainnya. Buah yang tumbuh mencapai 10 butir dalam satu ranting juga dibiarkan. Warna kulit buah kesemek Jepang oranye cerah dan mengkilap. Beda dengan di Indonesia, kesemek Jepang dipetik dalam kondisi masak pohon. Hingga tidak diperlukan pemeraman.
Karena pemetikan dilakukan dalam kondisi masak pohon, maka tanaman kesemek harus selalu dijaga hanya sekitar 3 m. tingginya. Caranya dengan pemangkasan dan penarikan cabang ke tanah. Perlakuan demikian dilakukan oleh petani apel kita. Karena sampai sekarang belum ada kebun kesemek yang dikelola secara monokultur seperti halnya apel, maka pemangkasan dan penarikan cabang seperti halnya pada apel juga tidak dilakukan oleh petani. Kesemek yang dijual di pasar-pasar tradisional, berasal dari tanaman yang tumbuh liar tanpa parawatan sama sekali.  Di beberapa kawasan, tanaman kesemek juga nyaris punah karena terdesak oleh komoditas lain. Sentra kesemek yang masih cukup banyak populasi tanamannya antara lain Garut dan Boyolali. Sementara di Batu dan Malang sudah nyaris punah. Sampai dengan saat ini, belum ada upaya untuk membudidayakan kesemek secara lebih serius. Padahal dengan pemupukan dan penjarangan buah, pendapatan petani akan bisa ditingkatkan. Kalau buah berukuran 0,25 kg. dan masak pohon misalnya, maka harga kesemek akan bisa ditingkatkan menjadi paling rendah Rp 1.000,- per kg. di tingkat petani atau per pohon Rp 100.000,-.
Dengan jarak tanam 3 X 5 m, populasi tanaman per hektar akan mencapai sekitar 600 pohon. Dengan hasil Rp 100.000,- per pohon per tahun, maka hasil tiap hektar kebun kesemek monokultur adalah Rp 60.000.000,- Bahkan sebenarnya, dengan harga buah Rp 500,- per kg. pun, hasil panen per hektar akan mencapai Rp 30.000.000,- per hektar per tahun. Patokan harga buah kesemek Rp 1.000,- per kg. pun, sebenarnya masih terlalu rendah. Sebab dengan pola tanam seperti apel atau jeruk misalnya, kualitas buah bisa ditingkatkan hingga harganya bisa mencapai Rp 1.500,- sd. Rp 2.000,- per kg. Apabila pola tanam secara monokultur diterapkan, pemasaran hasil panen juga bisa dilakukan seperti halnya apel. Sebab kawasan kebun kesemek, sama halnya dengan apel, merupakan dataran tinggi yang berhawa sejuk dan berpemandangan indah. Kawasan ini kebanyakan sudah dikembangkan sebagai tempat tujuan wisata. Hingga pemasaran hasil panen kesemek bisa dilakukan sebagai atraksi wisata. Para pengunjung kawasan wisata di Batu, Malang, sudah terbiasa dengan atraksi petik apel. Harga apel yang di pasar lokal sudah Rp 4.000,- per kg. di lokasi wisata dengan petik sendiri menjadi Rp 8.000,- per kg. Hingga kawasan sentra kesemek pun bisa menerapkan hal ini.
Karena tidak berbiji, kesemek diperbanyak dengan stek akar. Cara perbanyakan demikian antara lain juga dilakukan terhadap tanaman sukun, sana keling dan cemara laut. Pada perbanyakan tanaman sukun, penangkar membongkar seluruh akar tanaman dewasa. Akar tanaman dipilih yang berdiameter antara 1 mm. sd. 1,5 cm. Akar tersebut selanjutnya dipotong-potong dengan ukuran 10 sd. 15 cm. Para penangkar profesional akan merendam potongan akar ini dengan zat perangsang tumbuh (ZPT) seperti Atonik, Dekamon dll. Perendaman dilakukan selama 10 ad. 15 menit. Untuk lebih mempercepat pertumbuhan setek, bagian pangkal akar (bagian ke arah ujung akar), diberi ZPT khusus akar seperti Bioroota, Rootone dll. Selanjutnya akar disemai dalam media pasir dan kompos yang telah matang. Media tanam bisa dibuat bedengan, ditaruh dalam bak (kotak) semai, dalam polybag atau dalam lubang di tanah. Tiap hari semaian ini disiram. Dalam waktu kurang dari 1 bulan, tunas akan muncul dari potongan akar tersebut.
Saat ini belum ada penangkar yang mencoba secara serius memproduksi benih kesemek. Benih yang ditanam penduduk, berasal dari sisa-sisa akar tanaman tua yang ditebang. Di beberapa kawasan sentra kesemek, masyarakatnya malahan tidak tahu bahwa perbanyakan tanaman ini dilakukan dengan stek akar. Karena harganya yang sangat murah, kesemek tampak disia-siakan di beberapa kawasan. Setelah tanaman tua ditebang dan dibongkar, tunas-tunas akar yang muncul pun juga dianggap gulma hingga disingkirkan. Sampai sekarang belum pernah ada upaya revitalisasi buah kesemek. Padahal, telah ada beberapa contoh revitalisasi komoditas buah. Kiwi yang dipopulerkan Selandia Baru adalah buah yang di RRC disia-siakan dan nyaris punah. Setelah dipopulerkan oleh Selandia Baru, vitalitas kiwi kembali mencuat. Demikian pula halnya dengan buah naga (dragon fruit). Buah kaktus ini sudah sejak lama dibudidayakan di kawasan Timur Tengah dan B alkan. Namun popularitasnya baru terangkat setelah diintroduksi oleh Taiwan dan Thailand.
            Di Indonesia kita mengenal buah pace alias mengkudu. Sejak dulu, buah ini telah dikonmsumsi sebagai rujak serta dimanfaatkan untuk obat tradisional. Buku tanaman obat Ny. Klophenberg terbitan tahun 1920an, telah mencantumkan pace berikut khasiat serta cara pemanfaatannya. Namun buah ini baru populer pada awal tahun 2000an. Komoditas pertanian yang juga memperoleh vitalitas barunya antara lain salak pondoh (1980an), ubi cilembu dan ikan nila (1990an). Tiga komoditas ini sudah sejak lama dibudidayakan masyarakat secara terbatas. Namun setelah adanya revitalisasi, menjadi populer secara nasional. Buah kesemek pun memerlukan upaya untuk revitalisasi. Mengingat di Eropa kesemek merupakan buah mahal. Baru-baru ini juga seorang pengusaha Indonesia juga menerima permintaan buah kesemek dari Malaysia dan Timur Tengah tanpa bisa memenuhinya. Revitalisasi kesemek memang  memerlukan upaya serius dengan melibatkan berbagai pihak. Bukan hanya berupa instruksi bupati atau camat kepada jajaran terkait untuk melestarikannya. Secara konkrit, diperlukan adanya kebun contoh (demplot) buah kesemek secara monokultur dan profesional. Kebun ini sekaligus bisa dijadikan sebagai obyek wisata agro yang cukup menarik.

sumber http://foragri.blogsome.com 
sumber http://id.wikipedia.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar